Kamis, 14 Oktober 2010

Dubber (AKA Pengisi Suara)

Pastinya Anda sudah tak asing lagi jika mendengar profesi yang satu ini. Berbagai macam film, terutama untuk acara anak-anak yang berasal dari luar negeri, biasanya dilakukan proses dubbing untuk memudahkan penonton yang pastinya anak-anak untuk mengerti jalan cerita. Karena itu kita tak asing dengan suara Doraemon, Spongebob dan kartun lainnya.

Kebisaan seorang dubber salah satunya adalah dengan mengikuti karakter yang ada di sebuah cerita. Cerita ini bisa saja di sebuah film atau hanya dalam cuplikan iklan. Suara menjadi hal yang penting. Terkadang seorang dubber bisa memerankan lebih dari satu peran dalam sebuah film atau iklan. Hal ini tergantung pada karakter peran yang harus ia pegang.

Proses dubbing juga bisa dikatakan lumayan mudah, meski tentunya ada beberapa hambatan yang bisa dihadapi oleh dubber. Untuk proses dubbing ke sebuah film, biasanya dubber akan diberikan script cerita dan kalimat yang harus dikatakannya selama film berlangsung. Sebelum film diputar (untuk menyamakan kalimat tiap peran), juga ada pengarah film yang akan mengarahkan kapan dan bagaimana seorang dubber harus melakukan tugasnya. Improvisasi menjadi hal yang cukup penting dalam melakukan pekerjaan ini. Sulitnya adalah bagaimana seorang dubber berakting tanpa harus melakukan sesuatu. Suaranya justru yang harus "berakting". Karena itu, improvisasi memang perlu dilakukan. Apalagi kalau ia harus memainkan dua peran yang berbeda. Misalnya saja, satu peran sebagai seorang ibu, ia harus pandai-pandai merendahkan suara dan memasukkan karakter yang diinginkan.

Hal rumit yang juga bisa dihadapi seorang dubber adalah mengikuti keinginan klien. Misalnya saja suara yang dikeluarkan bisa saja dianggap kurang berkarakter atau kurang mengikuti keinginan klien. Nah, untuk menyamakan keinginan dan kemampuan itulah yang menjadi salah satu kesulitan yang mungkin bisa dihadapi seorang dubber. Dubber pun harus bisa sabar dan tanggap dengan keinginan tersebut.

Namun, nilai tambah dari seorang dubber juga tak kalah banyak. Selain pekerjaan ini tak membutuhkan waktu yang banyak. Seorang dubber bisa saja dalam sehari mengerjakan dua atau tiga proyek, aplagi kalau itu untuk mengerjakan iklan.

Kalau bicara bagaimana menjadi seorang dubber, Anda bisa memulainya dengan mengiukt beberapa kursus untuk menjadi dubber, misalnya saja di Sanggar Prativi. Di sanggar-sanggar atau studio biasanya mereka tak hanya melatih Anda dalam jangka waktu 3-6 bulan, namun juga biasanya Anda akan diikutsertakan dalam penggarapan dubbing. Dari situ, Anda akan mendapatkan contoh suara yang bisa Anda kirim-kirimkan ke studio-studio iklan. Ini penting agar studio iklan mempunyai contoh suara jika misalnya saja ada pengiklan membutuhkan suara dengan karakter tertentu yang bisa saja cocok dengan suara Anda, Anda tentunya akan dipanggil. Nah, di sini Anda bisa saja harus melewati proses casting atau malah tidak sama sekali.

Salah satu kelebihan profesi ini juga tidak adanya keharusan latar belakang pendidikan. Karena dari manapun latar belakang pendidikan ini tak menjadi masalah, yang penting adalah justru modal suara Anda. Apakah suara Anda cukup "menjual"? Misalnya saja Anda punya suara yang punya karakter tersendiri, dan Anda punya keinginan untuk menjadi seorang dubber. Karena itu juga tak heran kalau seorang penyiar radio pun banyak yang juga menjadi seorang dubber.

Selain itu, karena tak memakan banyak waktu, seorang dubber bisa mengatur waktu sesuka hati. Karena itu juga seorang pekerjaan ini bisa menjadi pilihan buat orang yang tak ingin terikat waktu oleh pekerjaan. Anda bisa menjadi freelancer jika memilih pekerjaan ini, sehingga Anda pun punya banyak waktu luang.

dari Asteria Arlita
Sumber: CBN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar