Jumat, 21 Januari 2011

Persembahan Sahabat

  • Larangan Khusus Ibu
Puisi ini dituliskan oleh salah satu sahabat saya waktu kami duduk di kelas 1 SMA. Entah kenapa dia menulis puisi ini dan memberikannya kepada saya bersama dengan 2 puisi lainnya yang ada di bawah. Saya memutuskan untuk mengabadikannya disini, karena kertas dari dokumen asli puisi ini sudah mulai lapuk. Saya masih akan tetap menyimpannya hingga kertas itu hancur dengan sendirinya, tapi setidaknya saya sudah mengabadikannya disini. Suatu saat saya akan membaca posting ini dan teringat, bahwa sahabat saya pernah mempersembahkan beberapa buah pikirannya yang original kepada saya. Here it is...

Apa yang dikatakan Ibu slalu larangan...
Dulu waktu baru belajar makan, "jangan blepotan!"
Waktu baru mulai sekolah, "jangan nakal!"
Waktu aku hobi main pasir, "jangan, ntar kotor!"
Ibu juga slalu benar soal apapun...
Makanku rapi, jadi gak kotor
Gak nakal di sekolah, jadi disayang guru ama temen-temen
Gak main pasir, jadi gak dekil
Tapi Ibu juga slalu sok tau...
"Jangan temenan sama si A! Begini..begini..begini.."
Uh, apa sih yang Ibu tau tentang si A yang super baik?
"Jangan suka gonta-ganti make-up ntar jerawatan"
Ah, Ibu, kan yang penting rajin dibersihin...
"Ikut eskul jangan kebanyakan! Ntar sakit!"
Ibu...kan banyak multivitamin

Sok taunya Ibu ada benarnya
Gara-gara banyak eskul, aku sakit...
Gara-gara gonta-ganti make-up mukaku jerawatan...
Itulah 'Larangan Khusus' Ibu
Andai 'Larangan Khusus' ini gak aku bantah
"jangan ketipu sama muka imut cowok, ntar nyesel lho..."
Oh Ibu!!! U're the best!!!
  • Life Goes On, Must Goes On...!
Puisi ini dituliskan sahabat untuk saya bersamaan dengan puisi di atas. Yaitu saat saya mengalami patah hati untuk pertama kalinya.  Dia mencoba menghibur saya yang sedang bersedih dengan kata-kata khas anak remaja, tapi tetap bermakna. Setidaknya untuk saya. This is it...
Antara teman, dan cinta...
Antara penasaran, dan gundah
Antara benci, dan sesal
Antara tangis dan tawa
Antara sedih kemarin
dan ceria hari ini...
Antara kagum kemarin
dan benci hari ini 
Hari kemarin adalah teori, hari ini prakteknya
Hari kemarin kelabu, hari ini ditambahin warna cerahnya
Hari kemarin ketahuan belangnya, hari ini cari gantinya (hahaha)
Kalau kemarin dia menghabisimu,
giliranmu hari ini mencabut nyawanya!
Dan,
Kalau kemarin kurang hati-hati
Hari ini harus lebih teliti... :)
  • Puisi Terakhir
 Puisi ini juga diberikan oleh salah satu sahabat pada waktu yang sama. Ketiga puisi ini memang berada dalam selembar kertas, yang sekarang mulai menguning (padi kalee!). Puisi ini sengaja dibuatkannya untuk saya atas permintaan dari saya, untuk membuatkan puisi yang bertema "Selamat Tinggal". Dan, ini dia...

Aku masih ingin menatap mentari esok
Aku masih ingin merasakan sinar bulan menerpa wajahku
Aku masih ingin melihat langit senja berubah menjadi gelap
Tapi Dia tak lagi memberiku kesempatan
Hanya ada sedikit waktu untuk bersamamu
Membahagiakan dirimu,
orang yang paling ingin kulihat senyumnya saat aku pergi...
Aku ingin saat ini menjadi hal terindah dalam hidupmu
Aku ingin tawa terakhir kudengar darimu
Dan bukan tangis...
 Aku ingin meninggalkanmu dalam damai
Aku ingin tetap menyatu denganmu walau ragaku membusuk
Aku ingin tetap membuatmu bahagia,
walau aku di nirwana, kau di dunia...
walau puisi ini yang terakhir dariku,
untukmu...

Terima kasih untuk segala perhatian, kasih sayang dan ketulusan kalian selama kita bersama. Dimanapun kalian berada, dan apapun yang terjadi, tidak akan merubah apa yang menjadi sejarah kita. Miss you all...^^

3 komentar:

  1. hikss....hikss....jadi kangennnnnnnnnnnnnnn
    disimpen lho bukux..bila perlu dilaminating...ntar diganti deh duitx...
    yg mahal kenangan wktu buat puisix...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus